REALITA KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Karya tulis ini dibuat sebagai
tugas mata pelajaran bahasa indonesia
Oleh :
Wildan Fauzan
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI MODEL BANGKALAN
Mei 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Misi utama seorang pemimpin yaitu
melakukan perubahan. Melakukan perubahan tidak mudah. Hal ini terjadi karena
masyarakat memiliki keinginan yang berlawanan arah. Pada satu sisi, mereka
menginginkan perubahan tetapi pada waktu bersamaan mereka juga ingin
mempetahankan tradisinya. Persoalan di seputar psikologis, sosiologis, budaya,
dan bahkan politis mengakibatkan seorang pemimpin mengalami kesulitan dalam
melakukan perubahan.
Kesediaan berkorban bagi seorang
pemimpin akan dilihat sebagai kesungguhannya dalam berusaha meraih visi yang
diinginkan. Kebanyakan orang akan mengikuti pemimpin yang teguh pendirian,
mementingkan orang banyak, dan sanggup menanggung resiko yang diakibatkan dari
keputusan yang diambilnya. Namun pada kenyataannya, pemimpin yang mampu
menunjukkan kinerja seperti itu ternyata tidak banyak jumlahnya. Banyak
pemimpin yang keberhasilannya bukan diukur dari seberapa jauh membuat perubahan,
melainkan diukur dari seberapa banyak kesejahteraan yang diperoleh dari
posisinya sebagai pemimpin.
Alasan penulis mengangkat judul Realita
Kepemimpinan Dalam Islam karena banyak terjadi pemimpin di era modern ini belum
memahami betul bagaimana realita kepemimpinan dalam islam yang telah diajarkan
oleh Baginda Rasul Muhammad SAW untuk menjadi pemimpin (Amirul Mukminin).
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana
realita kepemimpinan dalam islam?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Mendeskripsikan
realita kepemimpinan dalam islam
1.4.
Manfaat
1.4.1. Bagi
Calon Pemimpin
Agar dapat meneladani
dan menerapkan jiwa kepemimpinan yang ada pada diri Rasulullah SAW.
1.4.2. Bagi
Siswa
Agar dapat meneladani
dan belajar untuk menjadi pemimpin yang ada pada diri Rasulullah SAW.
1.4.3. Bagi
Pengajar (Guru)
Agar dapat memberikan
sifat kepemimpinan terhadap murid untuk menjadi pemimpin yang ada pada diri
Rasulullah SAW.
1.4.4. Bagi
Masyarakat
Agar dapat meneladani
dan memilih pemimpin yang memiliki sifat kepemimpinan yang ada pada diri
Rasulullah SAW.
BAB
II
KAJIAN TEORI
2.1.
Konsep Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
memililki berbagai implikasi sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para karyawan atau bawahan yang
harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin.
b. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
c. Pemimpin
harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang
tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan
pada diri sendiri dan orang lain dalam membangun organisasi. (Mardiyah,
2012:40-41)
Berdasarkan
implikasi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah perilaku individu
yang mengarahkan orang atau pihak lain untuk mencapai sasaran yang memuaskan
dan memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan dalam membangun
organisasi.
2.1.2. Model Kepemimpinan
Mardiyah
(2012:41-42) dalam bukunya Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi
menjelaskan bahwa ada 5 model kepemimpinan, sebagai berikut:
a. Traits
model of leadership (1900-1950) yang lebih banyak meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin.
b. Model
of situational leadership (1970-1980) yang lebih fokus pada factor situasi
sebagai variabel penentu kemapuan kepemimpinan.
c. Model
of effective leaders (1960-1980) yang mampu menangani aspek organisasi dan
manusianya sekaligus.
d. Contingency
model (1960-1980) dianggap lebih sempurna dari pada model yang lainnya, namun
belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling
efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin, dan variabel
situasional.
e. Model
of transformational leadership (1970-1990) Konsep ini dinilai telah mengintegrasikan
dan sekaligus menyempurnakan ide-ide yang dikembangkan dalam model-model
sebelumnya.
2.1.3. Kepemimpina Abad ke-21
a. Kepemimpinan
Transaksional
Mardiyah (2012:42-43) Kepemimpinan
transaksional merupakan suatu bentuk hubungan yang mepertukarkan jabatan atau
tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut.
Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan pertukaran yang
bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai
dengan kontrak yang telah mereka sepakati bersama.
Dengan demikian, proses
kepemimpinan transaksional dapat ditunjukkan melalui sejumlah dimensi perilaku,
sebagai berikut:
1. Active
management by exception, terjadi jika pimpinan menetapkan sejumlah aturan yang
perlu ditaati dan secara ketat ia melakukan kontrol agar bawahan terhindar dari
berbagai kesalahan, kegagalan, dan melakukan intervensi dan koreksi untuk
perbaikan.
2. Passive
management by exception, memungkinkan pemimpin hanya dapat melakukan intervensi
dan koreksi apabila masalahnya makin memburuk atau bertambah serius.
b. Kepemimpinan
Transformasional
Kemampuan
transformasional merupakan kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja,
motivasi kerja, dan pola kerja, nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan
sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Artinya, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan
kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya
nilai kerja, meperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta
mendorong peruabahan tersebut ke arah kepentingan bersama.(Mardiyah,
2012:43-44)
Yukl (1999:287) Proses
transformal dapat terlihat melalui sejumlah perilaku, sebagai berikut:
1. Attributed
charisma; Pemimpin yang memiliki karisma yan memperlihatkan visi, kemampuan,
dan keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi
dan kepentingan orang lain (masyarakat) daripada kepentingan pribadi.
2. Idealized
influence; Pemimpin tipe ini berupaya memengaruhi bawahannya melalui komunikasi
langsung dengan menekankan pentingnya nila-nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan
keyakinan, serta memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan senantiasa
mempertimbangkan akibat-akibat moral dan etik dari setiap keputusan yang
dibuat.
3. Inspirational
motivation; Pemimpin ini bertindak denagn cara memotivasi dan memberikan
inspirasi kepada bawahan melalui pemberian arti dan tantangan terhadap tugas bawahan.
4. Intellectual
simulation; Pemimpin ini mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja
dan mencari cara-cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya.
5. Individualized
consideration; Pemimpin ini memberikan perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti
memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap peduli
mereka terhadap organisasi.
2.2.
Kepemimpinan dalam Islam
2.2.1. Pengertian Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan
telah menjadi topik pembicaraan dan pembahasan sejak lebih dari 2000 tahun yang
lalu. Sejak zaman Nabi Adam as, sudah dibutuhkan adanya pemimpin yang dapat
mengatur hubungan manusia. Nabi Adam as telah mendapat amanah dari Allah SWT
sebagai khalifah atau pemimpin untuk mengatur ekosistem alam semesta ini dengan
baik. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Mardiyah
(2012:48-50) Terminologi pemimpin dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
a. Khalifah
Khalifah adalah
seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi untuk
mengemban fungsi dan tugas-tugas tertentu dalam kepentingan-kepentingan agama
dan dunia.
b. Ulu
al-Amri
Ulu al-Amri
adalah pemilik kekuasaan dan pemilik hak untuk memerintahkan sesuatu berarti
yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengendalikan keadaan.
c. Imam
Imam adalah setiap
orang yang dapat diikuti dan ditampilkan ke depan dalam berbagai masalah.
d. Al-Malik
Al-Malik adalah nama
bagi setiap orang yang memiliki kemampuan di bidang politik pemerintahan.
Beberapa
ayat yang menjelaskan tentang sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin berdasarkan perspektif al-Qur’an meliputi:
1. Berpengetahuan
luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada, dan selalu tanggap (Q.S.
Al-Mujadilah, 58:11)
2. Bertindak
adil, jujur, dan konsekuen (Q.S. An-Nisa, 04:58)
3. Bertanggung
jawab (Q.S. Al-An’am, 06:164)
4. Selektif
terhadap informasi (Q.S. Al-Hujarat, 49:16)
5. Senantiasa
memberikan peringatan (Q.S. Adz-Dzariyat, 51:55)
6. Mampu
memberikan petunjuk dan pengarahan (Q.S. As-Sajdah, 32:24)
7. Suka
bermusyawarah (Q.S. Ali Imran, 03:159)
8. Istiqomah
dan teguh pendirian (Q.S. Al-Ahqaf, 46:13)
9. Senang
berbuat kebaikan (Q.S. Al-Baqarah, 02:195)
10. Selalu
berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap orang mukmin (Q.S.
At-Taubah, 09:128)
11. Kreatif
dan tawakkal (Q.S. Al-Qashas, 28:77)
12. Mempunyai
semangat kompetitif (Q.S. Al-Baqarah, 02:148)
13. Estetik,
berkepribadian baik dan berpenampilan rapi (Q.S. Al-A’raf, 07:31)
14. Selalu
harmonis dan proporsional dalam bertindak (Q.S. Al-Baqarah, 02:190)
15. Disiplin
dan produktif (Q.S. Al-Ashr, 103)
2.2.2. Kepemimpinan
dalam kepribadian Rasulullah SAW
Kartajaya
dan Sula (2006:120) Dalam teori kepemimpinan Islam juga menwarkan konsep
tentang karakteristik-karakteristik seorang pemimpin sebagaimana yang terdapat
pada diri Rasulullah SAW, sebagai berikut:
a. Siddiq,
adalah sifat Rasulullah SAW yang benar dan jujur. Seorang pemimpin harus
senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya, Benar
dalam mengambil keputusan yang menyangkut visi dan misi, serta efektif dan
efisien dalam operasionalnya dalam lapangan.
b. Amanah,
adalah sifat Rasulullah SAW yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Seorang
pemimpin harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
yang diberikan padanya.
c. Tabligh,
adalah sifat Rasulullah SAW yang komunikatif dan argumentatif. Seorang pemimpin
harus mempunyai cara penyampaian yang benar (berbobot) dan dengan tutur kata yang
tepat. Artinya, berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahami
dan diterima oleh akal.
d. Fatanah,
adalah sifat Rasulullah SAW yang memiliki intelektual, kecerdikan, dan
kebijaksanaan.Seoran pemimpin haus dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan
untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat.
Bennis
(1994:39-42) Rasulullah SAW telah mengekspresikan sifat-sifat dasar
kepemimpinan, sebagai berikut:
1. Visioner;
iasering memberikan berita gembira mengenai kemenangan dan keberhailan yang
akan diraiholeh pengikutnya di kemudian hari.
2. Berkemauan
kuat; ia tetap tabah, sabar, dan sungguh-sungguh meskipun berbagai cara yang
dilakukan musuhnya untuk menghentikan perjuangannya namun mereka tidak pernah
berhasil.
3. Integritas;
ia dikenal memiliki integritas yang tinggi, berkomitmen terhadap apa yang
dikatakan dan diputukannya.
4. Berani;
kesanggupan Rasulullah SAW memikul tugas kerasulan dengan segala resiko adalah
keberanian yang luar biasa.
5. Mendengarkan;
ia mendengarkan orang-orang yang dilayani, tetapi tidak terpenjara oleh opini
publik. Rasulullah SAW sangat mengutamakan musyawarah dalam pengambilan
keputusan.
Antonio
(2007:28) Deskripsi skills Rasulullah SAW, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Berpandangan
jauh ke depan; ketika sedang menggali parit di sekitar Kota Madinah, Rasulullah
SAW “melihat” kejayaan muslim mencapai Syam, Persia, dan Yaman.
b. Menguasai
perubahan; hijarah ke Madinah merupakan suatu perubahan yang diprakarsai
Rasulullah SAW dan mampu memengaruhi peta dan arah peradaban dunia.
c. Desain
organisasi; ia mendesain bentuk tatanan social baru di Madinah segera sesudah
hijrah di kota itu. Misalnya, mempersaudarakan muhajirin dan ansar, menyusun
piagam Madianah, dan membangun masjid dan pasar.
d. Pembelajaran
antisipatoris; ia selalu mendorong untuk belajar sepanjang hidup.
e. Inisiatif;
penaklukan Makkah dengan damai merupakan bukti keberhasilan kepemimpinan
Rasulullah SAW.
f. Penguasaan interdependensi; ia sering
meminta pendapat para sahabt dalam persoalan-persoalan strategis, mislanya
dalam penentuan strategi perang dan urusan soial kemasyarakatan.
g. Standar
integritas yang tinggi; ia seorang yang adil dalam memutuskan perkara, jujur,
dan toleran terhadap penganut agama lain.
0 comments:
Post a Comment