Sasuke's Mangekyō Sharingan

Wednesday 21 May 2014

Budaya Pesta Madura “Aremoh” (“Tok-otok”)




Pulau Madura adalah pulau kecil yang memiliki berbagai macam kebudayaan dan tradisi yang sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia . salah satunya adalah tradisi “Aremoh” yang berarti “Hajatan/Perayaan”.”Aremoh” memiliki tujuan untuk merauk keuntungan/mendapatkan kembali apa yang telah diberikan kepada semua orang yang telah diundang,seperti sesuatu dibalik amplop (selembar uang) yang jumlahnya lumayan untuk mengganti bahan pokok yang telah terpakai untuk hajatan,ada pula yang menggantinya dengan beras,gula, dan telur.itu semua tidak hanya diterima begitu saja melainkan dicatat di dalam buku pribadi yang nantinya akan menjadi hutang bagi pemilik hajatan kepada orang yang diundang . sehingga pemilik hajatan harus membayar sama seperti apa yang diperolehnya. Perayaan  ini biasa terjadi pada saat dilangsungkannya acara pertunangan,pernikahan dan khitanan . sebagai symbol mereka bersyukur kepada sang Pencipta bahwa mereka dapat melaksanakan perintah-Nya . dan didalam pernikahan “Aremoh” biasa dirayakan oleh mempelai wanita, hanya saja dari semua ini bergantung pada  niat dari masing – masing individu saat memberi sesuatu atau pada saat mengadakan sesuatu itu berbeda – beda, sehingga disebutlah hutang yang harus dibayar.

Perayaan lain yang menjadi tradisi di Madura adalah “tok-otok”,tradisi ini memiliki sedikit perbedaan dengan “Aremoh”, didalam “Aremoh” para undangan diberi makan, lain halnya dalam tradisi ini,para undangan hanya duduk mendengarkan musik dan diberi cemilan kacang sangrai dan jagung goring . persamaannya adalah sama – sama menginginkan keuntungan dari semua warga yang ikut serta hanya saja dalam acara “tok–otok” ini lebih menginginkan keuntungan yang besar dibandingkan “Aremoh”. Persamannya adalah . dalam acara ini kebanyakan diantara orang – orang yang datang memainkan permainan kartu , minum – minuman beralkohol,atau sekedar ikut memeriahkan dengan segelas kopi  hingga menjelang subuh .

Aremoh” ini terjadi karena kebiasaan masyarakat Madura yang menganggap bahwa dirinya pernah memiliki hutang kepada tuan rumah yang mengadakan hajatan . dimana para tetangga / orang – orang yang mengenalinya akan membawa sesuatu yang akan dibayar jika si pemberi juga mengadakan hajatan . hal ini juga terjadi karena keinginan meraih keuntungan yang lebih besar atau mengembalikan modal awal tuan rumah (penyelenggara hajatan) pada saat merayakannya.

Faktor lainnya adalah ingin berkumpulnya bersama mendatangkan sanak saudara yang jauh disana (silaturrahmi) dan para tetangga – tetangga dekat sehingga mereka sungkan jika tidak membawa sesuatu untuk pemilik hajatan.

Karna ini sudah menjadi tradisi maka,sangat sulit untuk merubahnya.
*  Memberikan tambahan pemberitahuan di bawah undangan bahwa, tidak menerima  sumbangan apapun.
*    1. Menjalani hidup berpedoman dengan Al-Qur’an dan Hadist
*    2.Melakukan segala sesuatunya hanya untuk mendapatkan Ridha Allah S.W.T

0 comments:

Post a Comment