Sasuke's Mangekyō Sharingan

Wednesday 21 May 2014

Cerita Rakyat Madura "Ke’ Lesap"



Menurut cerita, suatu ketika Baginda Raja pergi kedesa pocong. Ia keluar masuk desa untuk mengetahui keadaan desa. Ketika sampai di suatu tempat, beliau bertemu dengan seorang gadis desa yang menjadi bunga desa di desa tersebut. Masyarakat pocong menyebutnya dengan sebutan Nye Pocong. Tidak lama kemudian,karena Raja itu berkuasa, kemudian Nye Pocong dijadikannya istri. Setelah beberapa lama Baginda Raja Bangkalan  mempunyai anak laki-laki dengan Nye Pocong. Anak laki-laki yang baru lahir itu oleh Baginda Raja Bangkalan diberi nama Ke’ Lesap.

Namun, dengan kehadiran buah hatinya tersebut Baginda Raja Bangkalan pergi dari desa pocong dan kembali ke kerajaan meninggalkan istri dan anaknya. Sunguh kasihan Ke’ Lesap itu karena sudah ditinggalkan ayahnya sejak ia mulai belajar bicara. Ayahnya,Baginda Raja Bangkalan tidak pernah mengunjungi desa pocong lagi, karena itu Ke’ Lesap tidak tahu siapa ayahnya. Ketika Ke’ Lesap bermain dengan teman-temannya di desa , sering kali mereka menertawakannya dan mengejeknya. Dan salah satu temannya berkata dan bertanya pada Ke’ Lesap “Lesap, kamu pandai silat,dan pandai main banyak hal. Kamu juga pandai bertani. Tapi kamu tidak pernah melihat kamu berjalan dengan ayahmu. Kemana ayahmu Ke’ Lesap?

Sebagai seorang anak yang menjelang dewasa, Ke’ Lesap malu ditanya seperti itu. Kemudian ia bertanya pada ibunya Nye Pocong siapa  ayahnya di ulang-ulang. Sedangkan ibunya bingung bagimana menjelaskan  pada Ke’ Lesap bahwa sebenarnya ayahnya adalah Raja Bangkalan. Ibunya bingung apa harus diceritakan atau tidak, namun karena terus menerus ditanyanya, akhirnya ibunya menceritakan dan menyampaikan kepada Ke’ Lesap bahwa ayahnya adalah Raja Bangkalan. Setelah mendenagarkan hal itu, kemudin Ke’ Lesap minta izin ibunya untuk merelakanKe’ Lesap pergi mencari ayahnya. Ke’ Lesap benar-benar ingin tahu siapa ayahnya. Setelah mendengar permohonan anaknyaakhirnya Nye Pocong mengijinkan Ke’ Lesap berangkat mencari ayahnya.

Pendek cerita, Ke’Lesap  pergi ke kota Bangkalan dan tiba di alun-alun dimana dia melihat keraton yang indah. Ia bertemu dengan pekerja keraton dan memberikansalam. Di keraton Ke’ Lesap mencoba melamar menjadi pekerja disana. Dan akhirnya Ke’ Lesap menjadi pekerja  yang bertugas menberi makan kuda milik Raja. Suatu ketika seekor kuda yang tadinya mengamuk. Karena Ke’ Lesap memang cerdik,ia tangkap kuda tersebut dan menaikinya, kuda yang tadinya mengamuk kemudian mengikuti isyarat Ke’ Lesap bejalan menuju kandangnya. Saat itu Baginda Raja memperhatikan dan heran melihat wajah Ke’ Lesap, karena Baginda Raja merasa wajahnya mirip dengan wajah Ke’ Lesap, kemudian Ke’ Lesap dipanggil oleh Baginda Raja dan bertanya pada Ke’ Lesap, Dari mana dananak siapa. Namun setelah mendengar jawaban Ke’ Lesap, Baginda Rajaterkejutdan berfikir bahwa Ke’ Lesap itu adalah puteranya dengan Nye Pocong dulu. Begitujuga Ke’ Lesap, dia merasa bahwa Baginda Raja itu adalah ayahnya. Dan Baginda Raja memerintahkan Ke’ Lesap untuk menjadi tukang memandikan kuda si BagindRaja. Mendengar itu Ke Lesap gembira sekali akan tetapi Baginda Raja malu mempunyai seorang anak dan istri dari desa.

Akhirnya, Ke’Lesap diberi kediaman di Duko oleh Baginda Raja. Tempat ini berada di kota Bangkalan sekarang. Di desa itulah tinggal seorang yang berilmu dan dewasa yaitu Ke Lesap.di Duko,ke’ Lesap  mengajarkan pencak silat pada para pemuda di Duko dan muridnya semakin banyak. Jika ada orang sakit ia juga dapat menyembuhkannya,karena itu semakin banyak muridnya.

Ketika Baginda Raja mendengar bahwa Ke’ Lesap mempunyai  murid banyak dandan belanda mendengar bahwa ada seorang pemuda dengan murid yang banyak sedang belajar pencak silat. Jadi kegiatan anak muda yang mengajari pencak silat kepada kaum pemuda terdengar orang belanda yang mingibuli Baginda Raja agar  Ke’ Lesap di jaga. Lalu Baginda Raja menempatkan penjaga di Duko. Sejak itu kampung itu oleh orang-orang disebut desa pejagan. Sekarang menjadi desa pejagan. Jadi, desa pejagan adalah tempat orang-orang Baginda Raja ketika mengaasi Ke’ Lesap.

Ke’ Lesap akhirnya mengerti, mengapa Baginda Raja bersikap seperti itu walaupun  saya bersikap baik selama ini di sini. danKe’ Lesap terus menjauh dari pajagan, lari kearah Timur untuk bertapa di Pajuddan. Ktika di Pajuddan, Ke’ Lesap bertapa,mengobati orang sakit lagi, dan juga mengajar pencak silat. Bersemedi setiap malam dan sedikit makan. Akhirnya, yang Maha Kuasa memberi Ke’ Lesap senjata yang dinamai Kodi’ Crancam. Kodi’ Crancam itu kalau dilempar dapat terbang sendiri. Makin banyak pengikutnya,makin banyak murid-muridya, kemudian berniat ingin menguasai Madura.

Pertama yang ditaklukkan adalah bagian Timur Madura, Sumenep. Raja Sumenep ditantang untuk menyembah Ke’ Lesap. Raja Sumenep tidak berani, rakyatnya tidak kuat melawan tentara Ke’ Lesap, dan Raja Sumenep dikalahkan. Dan Ke’ Lesap meneruskan ke Pamekasan. Di Pamekasan Ke’ Lesap menang lagi. Akhirnya terus pergi ke Sampang. Di Sampangpun ia menang lagi.

Dari perangnya, Ke’ Lesap di Sumenep tidak lama. Hanya dalam semalam ia dapat menaklukkan Raja Sumenep. Sejak saat itu, Ke’ Lesap memberi nama tempat ini Songenep atau sekarang Sumenep. Yang di Pamekasan, tidak sampai terjadi perang, hanya diberi peringatan saja. Bahwasanya Ke’ Lesap dengan tentaranya akan melewat Pamekasan dan diminta untuk tidak  menghalanginya. Ketika Raja Pamekasan mendengar bahwa Ke’ Lesap beserta tentaranya akan menuju Pamekasan, ia melarikan diri belum sampai perang. Jadi dengan hanya peringatan saja Raja pamekasanbisa dikalahkan dan selanjutnya tempat dinamai Mekasan atau peringatan. Di Sampang malah lebih gampang lagi. Mendengar bahwa Ke’ Lesap akan menyerbu Sampang, raja dan semuanya melarikan diri. Hanya dilewati saja tentara Sampang sudah melarikan diri. Dengan alasan ini tempat ini dinamai Sampang atau lewat. Dan menjadi Sampang.

Terus ke arah Barat, Ke’ Lesap dan tentaranya tiba di Blega. Waktu itu malam hari, mereka tidur. Dalam tidurnya Ke’ Lesap bermimpi melihat pohon bercabang empat. Ke’ Lesap menebang batang ke satu, ke dua, dan ke tiga terpotong semua. Salah satu yang tertinggal, cabang ke empat tidak dapat ditebang. Senjata yang ayunkan memantul dan melesat, ini yang mengejutkan Ke’ Lesap.

Meskipun sudah punya rencana untuk mengalahkan Bangkalan, walaupun Baginda Raja Bangkalan adalah orang tuanya sendiri, ia terus menuju ke Barat. Baginda Raja mendengar tentang hal ini. Dan berkata, “Orang seperti ini tidak dapat dihadapi dengan kekerasan. Orang arogan seperti ini jangan dihadapi dengan kekerasan. Mari dilawan dengan cara yang tenang yang membuat hatinya tenang. Inilah cara kita menghadapinya. Saya bermimpi bahwa Ke’ Lesap bisa sial senjatanya jika dihadapi dengan wanita, dengan penari.”

Baginda Raja sudah menyiapkan perempuan cantik yang dihias seperti putri Raja Bangkalan. Dan dibawa ke suatu tempat yang dinamai Tonjung. Ke’ Lesap dan tentaranya membawa senjata-senjatanya akan menyerbu Bangkalan. Dan Ke’ Lesap heran, karena tentara Bangkalan tidak ada yang membawa senjata, malah hanya membawa alat-alat musik.
Melihat kedatangan Ke’ Lesap, mereka memainkan alat musiknya sambil menari, terus muncullah penari perempuan yang cantik sekali dengan pakaian putri Raja. Ke’ Lesap ketika mendengar bunyi-bunyian, kemudian datang sambil berpikir, “Ada apa ini?”
“Begini Ke’ Lesap, Baginda raja Bangkalan sebenarnya sudah menyerah. Dan ini putrinya diserahkan kepada mu.”
Sebenarnya perempuan itu bukan putri Raja. Perempuan itu hanya penari yang diberi pakaian serta dihias seperti layaknya putri Raja. Ke’ Lesap mendengar bahwa Raja Bangkalan sudah berani, maka Ke’ Lesap beserta tentaranya ikut menari dengan tentara Bangkalan. Orang-orang yang menyamar sebagai panjak, memberikan minuman tua’ dan makanan sampai mereka kenyang. Akhirnya murid-murid Ke’ Lesap sama-sama mau minum tua’ memabukkan, mereka semua mabuk. Semua murid Ke’ Lesap mabuk dan tertidur, tinggal Ke’ Lesap sendiri yang menari dengan penari.

Baginda raja tiba. Melihat baginda raja, Ke’ Lesap terus melemparkan senjatanya, tapi kali ini tidak dapat terbang lagi. Akhirnya Patih Bangkalan menangkap dan mengikat Ke’ Lesap. Ketika Ke’ Lesap diikat lalu menghilang. Menurut cerita, Ke’ Lesap menghilang. Jadi Ke’ Lesap bukannya dibunuh, tapi diikat oleh patih Bangkalan dan ketika Baginda Raja Bangkalan menghampirinya, Ke’ Lesap menghilang. Melihat Ke’ Lesap menghilang, orang-orangnya Raja Bangkalan bersorak sambil berkata, “Sekarang orang yang membuat rusuhnya madura sudah mampus, sudah mati?” Sejak itu, tempat itu dinamai Bangkalan.

Setelah itu terdengarlah suara, suaranya Ke’ Lesap, “He orang-orang Bangkalan, ingat, saya kalah dengan kamu, tapi nanti akan ada pertanda umbul-umbul klaras dari arah Barat Laut. Ini pembalasan saya kepada orang-orang Madura.

0 comments:

Post a Comment