Sasuke's Mangekyō Sharingan

Wednesday 21 May 2014

Hikayat Merong Mahawangsa Vers Indonesia



          
             Alkisah, Raja Cina dengan Raja Rom hendak menjodohkan anak-anak mereka. Rencana itu diketahui oleh Burung Geroda, seekor burung sakti anak cucu Maharaja Dewata yang tidak ingin melihat dua manusia elok itu bersatu, dan beranggapan bahwa mereka tidak semestinya berjodoh   karena jauhnya jarak kedua kerajaan itu. Lalu Burung Geroda itu berupaya menggagalkan rencana tersebut dengan menculik tuan putri, anak raja Cina, setelah sebelumnya menghadap Nabi Sulaiman. Tuan putri yang diculik disembunyikan di Pulai Langkapuri. Demi menuntaskan tujuannya, Burung Geroda juga memporakporandakan rombongan kapal Raja Merong Mahawangsa, raja paling sakti dibandingkan raja-raja lainnya, yang hendak mengantarkan anak Raja Rom untuk dipertemukan kepada tuan putri, anak Raja Cina. sedangkan anak raja Rom diserang hingga seluruh awak kapalnya jatuh ke laut. Namun, ternyata anak raja Rom selamat dan terdampar di Pulau Langkapuri. Setelah terdampar, ia diselamatkan oleh tuan putri. Hari demi hari dirawatnya anak raja Rom itu hingga badannya pulih kembali. Mulailah cinta kasih mereka bersemai.

Sementara itu, Burung Geroda telah diminta untuk membuktikan ucapannya kepada Nabi Sulaiman tentang kabar kematian anak raja Rom. Maka, dibawanya peti yang dikiranya hanya berisi tuan putri beserta dua inangnya untuk dihadapkan kepada Nabi Sulaiman. Burung Geroda tidak mengetahui bahwa anak raja Rom itu juga turut masuk ke dalam peti. Ketika peti terbuka, didapatinya 4 manusia, bukan 3 manusia seperti yang ia sangkakan. Seketika itu, bersabdalah Nabi Sulaiman: bahwa ada empat perkara yang tidak dapat dielakkan manusia, yaitu, (1) rejeki, (2), maut, (3) jodoh, (4) perceraian. Lalu, dua anak raja ini kemudian diantar oleh Raja Jin bernama Harman Syah, salah satu pengikut Nabi Sulaiman, kepada raja Benua Cina. Mereka kemudian dinikahkan oleh raja Benua Cina.

Pendirian Negeri Kedah oleh Raja Merong Mahawangsa, disusul dengan pembukaan tiga negeri di sekitar Kedah oleh anak keturunannya, yaitu Negeri Benua Siam, Negeri Perak, serta Negeri Patani. Raja Merong Mahawangsa dikisahkan memiliki seorang anak bernama Raja Merong Mahadipusat yang memiliki empat orang anak. Anak laki-laki pertama mendirikan Negeri Benua Siam, anak laki-laki kedua mendirikan Negeri Perak, dan anak ketiga, seorang perempuan, mendirikan Negeri Patani. Anak keempat (laki-laki) konon menggantikan Raja Merong Mahadipusat menjadi raja Kedah dan bergelar Raja Seri Mahawangsa. Terdapat pula cerita tentang Raja Bersiung alias Raja Ong Maha Perita Deria, anak keturunan Merong Mahawangsa atau Raja Kedah kelima yang gemar memakan darah hati manusia.

Mengenai pembukaan negeri-negeri di tanah seberang, Raja Merong Mahawangsa pernah berkata kepada anaknya, Raja Merong Mahapudisat, agar anak keturunannya kelak mengembangkan kekuasaan negeri itu dengan mendirikan kerajaan di wilayah-wilayah yang baru. Kisah itu kemudian berlanjut dengan merantaunya anak-anak Raja Merong Mahapudisat ke daerah-daerah baru dan mendirikan kerajaan baru di atasnya. Negeri Siam didirikan oleh anak Raja Merong Mahapudisat yang tertua. Demikian pula yang dilakukan anak kedua dari Raja Merong Mahadipusat, ia disuruh merantau ke arah selatan oleh Raja Merong Mahadipusat sesuai titah ayahnya, Raja Merong Mahawangsa, agar mencari tempat yang dapat dibangun kerajaan di atasnya. Tatkala sampai di dekat sungai besar yang airnya terus mengalir menuju ke laut dengan pemandangan pulau yang indah.

Akan halnya dengan Kerajaan Patani, kerajaan ini didirikan oleh anak perempuan Raja Merong Mahadipusat. Oleh Raja Merong Mahadipusat, anak perempuannya itu diberikan seekor gajah sakti bernama Gemala Johari dan sebilah keris sakti bernama Lela Mesani. Konon kisahnya, keris itu sangat ditakuti oleh musuhnya. Mata keris itu menyala-nyala, dan siapa pun tak akan berani menatapnya.Rombongan raja perempuan itu berhenti di suatu tempat yang tanahnya rata, dekat dengan laut dan sungai besar yang bermuara ke laut. Di sinilah tempat didirikannya Kerajaan Patani oleh anak perempuan Raja Merong Mahadipusat.

Setelah raja Kedah kedua, Raja Merong Mahapudisat meninggal dunia, beliau digantikan oleh anak keempatnya, Raja Seri Mahawangsa. Raja Seri Mahawangsa kemudian digantikan oleh anak laki-lakinya yang bernama Raja Seri Maha Inderawangsa yang beranakkan Raja Ong Maha Perita Deria. Raja Ong Maha Perita Deria inilah yang terkenal dengan sebutan Raja Bersiung. Konon kisahnya, julukan tersebut disebabkan kelakuannya yang tidak adil terhadap rakyatnya, suka menganiaya, serta membunuh satu orang setiap harinya untuk disantap darahnya. Raja Bersiung adalah sosok raja yang keras kepala. Ia tidak mau mentaati nasehat yang diberikan oleh menteri-menterinya. Perilakunya sangat jauh berbeda dari perangai raja-raja sebelumnya. Namun, menurut pada asal-usul Raja Bersiung, pada dasarnya ia merupakan hasil perkawinan yang tidak disetujui karena perbedaan kelas dan status sosial. Aturan kerajaan menetapkan bahwa raja harus menikah dengan perempuan yang memiliki kelas yang sama. Ketika itu, ayahanda Raja Bersiung, Raja Seri Inderawangsa menentang aturan tersebut. Disinilah berlaku hukum karma bila raja menentang aturan itu, sehingga lahirlah anaknya yang memiliki perangai buruk dan memiliki taring.

Akan halnya dengan perilakunya yang suka menyantap darah manusia, berawal dari kegemarannya memakan tumis gulai lecek dari bayam. Kala itu, jari sang juru masak teriris oleh pisau pada saat membumbui sayur  itu, dan darahnya sempat menetes ke dalam racikan tumisan yang dibuatnya. Namun, bukannya beraroma anyir darah, tumis gulai itu justru menjadi lebih lezat menurut selera Raja Bersiung. Maka, sejak itulah ia selalu meminta tumis gulai lecek berbumbu darah dengan mengorbankan satu orang manusia setiap harinya. Usai bersantap, Raja Bersiung memanggil sang juru masak sembari mengacungkan pedang dan bertanya hal apakah yang menjadikan gulai lecek tersebut lebih lezat dari biasanya. Karena ketakutan, sang juru masak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Sejak saat itulah, Raja Bersiung ini selalu meminta darah manusia untuk dicampurkan ke dalam masakannya.

Akibat perangai buruknya dan nasehat keempat menteri tidak didengarkannya, maka terjadilah pergolakan di dalam negeri. Kondisi tersebut terjadi akibat sabotase dari keempat menteri yang sengaja melawan raja dengan mengerahkan seluruh rakyat untuk menentang Raja Bersiung. Hal itu menjadikan Raja Bersiung melarikan diri ke dalam hutan. Pelarian tersebut berakhir tatkala ia tiba di sebuah keluarga yang tidak mengetahui identitasnya dan menerimanya sebagai menantunya, karena ia memperistri salah seorang anaknya. Hasil perkawinan itu membuahkan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki inilah yang kelak menggantikannya menjadi raja karena dengan istri sebelumnya, Raja Bersiung tidak memiliki seorang anak pun. Anak ini diberi nama Raja Phra Ong Mahaputisat. Nama ini diberi oleh Raja Benua Siam, negeri yang masih memiliki ikatan saudara.

Semasa Raja Phra Ong Mahaputisat memerintah, Negeri Kedah digambarkan menjadi makmur dan aman sentosa. Sifatnya yang adil dan pemurah sangat jauh berbeda dengan sifat ayahnya, Raja Bersiung. Raja Phra Ong Mahaputisat memiliki seorang anak bernama Raja Phra Ong Mahawangsa. Dikisahkan pula tentang dua anak angkatnya, Raja Buluh Betung yang muncul tiba-tiba dari pohon buluh betung, serta Putri Seluang yang ditemukan oleh istri Raja Bersiung saat datang banjir air bah. Keduanya kemudian dijadikan anak dan menjadi saudara bagi Raja Phra Ong Mahawangsa. Raja Phra Ong Mahaputisat meninggal dunia dan digantikan oleh anak kandungnya, Raja Phra Ong Mahawangsa. Konon, Raja Phra Ong Mawahangsa memiliki kegemaran meminum arak dan arak nasi. Kegemaran tersebut menjadikannya kebal terhadap segala penyakit. Namun, hanya pada waktu-waktu tertentu saja ia meminumnya, sehingga tidak mabuk.

Awal mula masuknya Islam di Negeri Kedah, yang dibawa oleh Syeh Abdullah Yamani dari Baghdad. Alkisah, Syek Abdullah Yamani ini adalah seorang hafidz Qur‘an (penghafal Qur‘an), sehingga kemana pun ia pergi, mulutnya senantiasa melafalkan ayat-ayat Allah. Suatu ketika, tertarik dengan iblis saat ia membaca sebuah kitab tafsir Qur‘an. Maka, ia pun menghadap gurunya dan memohon untuk bertemu dengan iblis dan menjadi muridnya. Keinginan itu dikabulkan oleh gurunya, setelah sebelumnya memperingatkan bahwa segala amal ibadahnya akan sia-sia dan ia akan berada di atas jalan yang sesat. Karena keingintauan yang besar, Syek Abdullah Yamani tetap bersikeras pada keinginannya. Maka jadilah ia murid iblis itu.Oleh sang iblis, ia diberi tongkat yang mampu menghilangkan wujudnya di dunia. Ia kemudian ikut berkeliling dunia dengan iblis tersebut, melihat bagaimana sang iblis memporakporandakan dunia dan menjadikan manusia berada di jalan yang sesat. Sepanjang perjalanan mereka, iblis itu tak henti-hentinya mengobarkan kekacauan. Setiap kali iblis lewat, maka muncullah perkelahian, pembunuhan, dan kekacauan lain yang sengaja dibuatnya akibat bisikan-bisikan iblis dan pengikutnya ke dalam hati manusia.

Demikianlah iblis mengganggu manusia, menyuruh berbuat dosa. Hingga suatu ketika, sampailah iblis itu di Negeri Kedah, tempat Raja Phra Ong Mahawangsa bernaung. Tahu akan kegemaran sang raja yang suka minum arak, maka diisilah cawan raja itu dengan air kencingnya. Seketika itu, Syekh Abdullah Yamani menegur perilaku iblis itu. Teguran itu mengakhiri petualangannya berguru dengan iblis, karena sebelumnya iblis telah memintanya untuk tidak menegur segala perbuatannya terhadap manusia. Maka, putuslah hubungan keduanya, dan diambilnya tongkat ajaib yang mampu menghilangkan wujud Syekh itu, sehingga terlihatlah sosok Syekh Abdullah Yamani di kamar raja.

Keduanya kemudian bercakap-cakap, dan Syekh Abdullah mulai mengenalkan agama Islam dan mengislamkan Raja Phra Ong Mahawangsa saat itu juga. Sejak saat itu, Syekh Abdullah Yamani menjadi muballigh di Negeri Kedah, yang mengislamkan Raja Phra Ong Mahawangsa dan segenap rakyatnya. Raja kemudian berganti nama menjadi Sultan Muzalfal Syah. Syekh Abdullah juga mengajak raja dan rakyatnya melakukan sholat lima waktu, sholat jumat, serta membayar zakat. Raja juga memerintahkan rakyatnya untuk membangun masjid-masjid dan menyuruh mereka berguru kepada Syekh Abdullah, hingga hampir semua rakyatnya menganut Islam dan menjalankan syariat agama Islam sepenuhnya. Saat itu, Sultan Muzalfah Syah memiliki tida orang putera, yang diberi nama Islam, yaitu Raja Muazzam Syah, Raja Mahmud Syah, serta Raja Sulaiman Syah. Ketiganya juga berguru kepada Syekh Abdullah Yamani dalam memahami Islam. Setelah lama di Negeri Kedah, Syekh Abdullah kembali ke Baghdad. Silsilah raja-raja Kedah setelah Sultan Muzalfal Syah. Kisah ini diawali dengan pulangnya Syekh Abdullah Yamani ke negeri Baghdad untuk bertemu gurunya dan menceritakan petualangannya hingga mengislamkan raja beserta rakyatnya di negeri Kedah. Kisah dalam hikayat ini diakhiri dengan menguraikan silsilah raja-raja Kedah keturunan Sultan Muzalfah Syah, secara berturut-turut, Sultan Muazzam Syah, Sultan Muhammad Syah, Sultan Muzaffar Syah, Sultan Mahmud Syah, Sultan Sulaiman Syah, Sultan Rijaluddin Mhammad Syah (alias Marhum Naka), Sultan Muhyidin Mansyur Syah (Marhum Sena), Sultan Ziauddin Mukarram Syah (Marhum Ilir atau Kebalai), Sultan Ataullah Muhammad Syah (Marhum Bukit Pinang), Sultan Muhammad Jiwa Zainul Adilin Muazzam Syah (Marhum Kayangan), Sultan Abdullah al-Mukarram Syah (Marhum Muda Bukit Pinang), Sultan Muhammad Jiwa Zainul Adilin Muazzam Syah (Marhum Muda Kayangan), serta Sultan Ahmad Tajuddin Halim Syah.

0 comments:

Post a Comment